Konsep sekolah dan kurikulum

Konsep

Edumadani adalah sekolah dengan konsep Tarbiyah Partnership, yaitu dengan menjalankan program tarbiyah yang tidak bertumpu pada sebuah lembaga pendidikan melainkan sejatinya merupakan  tanggung jawab orang tua dan sekolah sebagai partnernya. Tarbiyah kepada anak adalah program pembelajaran 24 jam sehari, 7 hari sepekan, 365 hari dalam setahun. Karena pendidikan tidak memiliki hari libur, yang libur hanya sekolahnya, tapi tidak dengan pendidikannya.. Sehingga konsekuensinya adalah penjagaan dan pengawasan terhadap aktifitas anak-anak dilakukan sejak mereka bangun tidur hingga mereka tidur kembali.

Pendidikan bukanlah produk yang diperjualbelikan untuk formalitas atau rutinitas atau sarana menggugurkan kewajiban orang tua untuk mendidik. Tarbiyah/Pendidikan adalah hak anak dan kewajiban orang tua bersama sekolah sebagai partner dalam mendidik.

Konsep Tarbiyah Partnership melahirkan konsekuensi yang pada asalnya memang diemban oleh orang tua, yaitu terlibat dan berperan aktif, serta ikut andil dan komitmen dalam proses tarbiyah ini baik waktu, pikiran, tenaga, atau pun materi setiap harinya. Karena konsep ini tidak akan tercapai kecuali karena taufik Allah kemudian kekompakkan dan sinergi yang baik antara Sekolah dan Orang Tua.

Konsep ini menjadi dasar dan alasan utama Edumadani didirikan, yaitu mengembalikan jalur dan tujuan tarbiyah ke arah yang seharusnya, yaitu mendidik anak agar memiliki kesiapan hidup di masa mendatang dengan berbekal, aqidah yang kokoh, adab dan akhlak yang mulia, manhaj yang lurus, minat dan bakat yang terasah sehingga mereka siap menghadapi kehidupan dunia yang fitnahnya semakin besar di zaman yang akan datang. Inilah tujuan utama kita mendidik, menyiapkan mereka agar sepeninggal kita nanti, mereka menjadi investasi kita di akhirat kelak, yaitu anak sholih yang mendoakan orang tuanya.

Kami mencoba untuk mencoba untuk menghargai setiap kelebihan dan keunikan anak-anak dalam proses pembelajaran mereka. Tidak menjadikan nilai, peringkat, dan predikat yang tertera di rapor serta ijazah sebagai tolak ukur utama keberhasilan atau kegagalan sebuah pendidikan. Hasil akhir sebuah proses pembelajaran memanglah penting tapi proses yang anak-anak lewatipun tidak kalah pentingnya.

Edumadani mengindari pemaksaan dan penjejalan materi serta penggunaan satu standar yang sama yaitu ujian tulis di atas kertas dalam mengevaluasi pembelajaran. Sistem yang tidak disadari hanya memaksa anak-anak menghafal tanpa memahami dengan baik, agar bisa menjawab soal tanpa perlu mengerti esensi ilmunya dan bagaimana implementasinya, bahkan memaksa mereka untuk sekedar belajar dan menyelesaikan kewajibannya tanpa paham tujuan mempelajarinya. Yang akhirnya melahirkan pribadi anak yang tidak memiliki karakteristik seorang penuntut ilmu yang baik.

Kenapa Non Formal?

Alasan Edumadani memilih jalur pendidikan non formal adalah tercapainya visi, misi, dan tujuan dari konsep pendidikan yang dirumuskan Edumadani secara maksimal. Visi, misi dan tujuan ini dituangkan menjadi kurikulum mandiri khas Edumadani yang kental dengan pembelajaran yang dinamis, pendekatan dan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar efektif dan tidak banyak hal yang sia-sia, sehingga anak menikmati proses belajarnya dan tidak terbebani dengan hal-hal yang tidak harus mereka pelajari di usia mereka. Konsep tersebut hanya akan bisa terpenuhi dan teralisasi jika jalur yang diambil sebuah lembaga adalah jalur Non Formal.

Keleluasaan yang diberikan pemerintah melalui program Non Formal atau PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) menjadikan kami bisa memberi warna yang khas tanpa terbebani dengan kewajiban-kewajiban atas sekolah formal. 3 metode belajar yang dilegalkan oleh Kemendikbudristek yaitu tatap muka, tutor dan mandiri, menjadi kelebihan dan kesempatan bagi kami untuk merumuskan kurikulum kolaboratif antara sekolah dan orang tua. Sehingga proses kegiatan belajar mengajar sekolah jalur non formal tidak hanya di dalam kelas. Orang Tua juga terlibat langsung dalam proses belajar dan assessment/penilaian yang menjadikan proses belajar dan penilaian hasil belajar anak sangat adil dan komperehensif, tidak hanya berdasarkan hasil ujian tulis atau praktek.

Half Day School

Half day school yang kami rancang bertujuan agar waktu belajar efektif, terarah dan tidak membuat jenuh anak seharian belajar, sehingga mereka masih memiliki mood yang baik dan energi positif untuk belajar dan beraktifitas bersama orang tua di rumah.

Jadwal 4 hari belajar dan 1 hari khusus Lifeskill kami rancang agar rutinitas sekolah bukan hal membosankan bagi anak, sehingga tertanam dalam mindset anak-anak, sekolah adalah hal yang selalu mereka tunggu-tunggu setiap harinya.

Kurikulum

Edumadani merancang dan menyusun kurikulum mandiri yang dibuat dengan konsep Tarbiyyah Partnership beserta perangkatnya,. Kurikulum yang disesuaikan dari multi perspektif, mulai dari perspektif fase perkembangan tarbiyyah anak, kedinamisan target pencapaian yang mengacu perbedaan kemampuan masing-masing anak dalam intelejensinya atau kemampuan hafalannya, hingga skala prioritas dan kadar serta bobot materi yang diukur agar tepat dan sesuai kebutuhannya.

Kurikulum Edumadani diramu dan dirancang berlandaskan teori tarbiyyah islamiyyah yang disesuaikan dengan kultur dan kebiasaan masyarakat agar apa yang dipelajari oleh siswa dapat dipahami dan sesuai dengan realita kehidupan sehari-hari.

Pendekatan dan metode yang digunakan juga ditentukan berdasarkan kategori materi yang disampaikan agar penyampaian materi berjalan efektif.

Semua kurikulum ini juga telah sesuai dengan aturan yang ditentukan pemerintah dan memenuhi kewajiban yang harusnya dijalankan oleh lembaga pendidikan resmi yang terdaftar di sistem dapodik, sehingga apa yang dijalankan edumadani diakui oleh otoritas dan regulator yang berwenang yaitu Diknas di bawah Kemendikbudristek.

Belajar Dari Lingkungan

Belajar tidak harus selalu di dalam ruang kelas kotak, duduk di atas meja dan kursi, menghadap papan tulis, mendengarkan penjelasan guru, menulis dan membaca di kelas.

Anak-anak perlu tahu bahwa mereka belajar juga dari hal-hal yang mereka alami, orang-orang yang mereka temui, tempat-tempat yang mereka datangi, juga aktifitas yang mereka lakukan. Di manapun mereka berada sejatinya mereka sedang belajar, di rumah, tempat asli mereka berasal dan mereka hidup bersama keluarganya, di sekolah, tempat dimana mereka bersosialisasi dengan sesama teman untuk menuntut ilmu di luar rumah, dan tempat-tempat lain yang mereka datangi.

Dan satu pemeran yang tidak boleh hilang dari hidup anak-anak dalam proses belajar mereka adalah orang tua, mereka penanggung jawab utama dalam proses pendidikan ini, mereka yang berusaha dan mereka juga yang akan mendulangnya di masa tua nanti bahkan setelah mereka wafat nanti. Edumadani memahami kesulitan orang tua untuk menjalani peran sebagai pendidik karena keterbatasan ilmu, kemampuan dan waktu. Edumadani menciptakan formula pembelajaran sedemikian rupa agar konsep belajar di mana saja terutama di rumah dapat terealisasi. Mulai dari Modul pembelajaran untuk orang tua mengajarkan di rumah, hingga SERASIE, program kajian tarbiyyah islamiyyah atau yang sekarang marak disebut parenting yang dilakukan rutin setiap bulan yang wajib dihadiri setiap orang tua. Karena sejatinya edumadani adalah tempat anak dan orang tua bersama-sama belajar.

Tugas Rumah Yang Menarik

Penting membangun kesadaran bahwa anak perlu belajar dan mengulang pelajarannya bukan dengan dibebani mengerjakan tugas atau PR yang diberikan sekolah untuk dikerjakan di rumah. Terlebih materi pembelajaran aplikatif, materi adab misalnya , akan lebih tepat diberikan penugasan berupa kesadaran tanggung jawab kepada anak dibanding memberikan tugas essay tertulis.

Sering kali kita melupakan mengajarkan kesadaran kepada anak tentang suatu adab atau ibadah, kita berfokus hanya kepada tercapainya administrasi pembelajaran berupa tugas atau ujian, padahal penilaian hakiki adalah apa yang anak-anak amalkan bukan apa yang mereka hafal dan tuliskan.

Target Lulusan

Prestasi?!! Tidak ada ajang lomba atau sertifikasi?

Sekolah Islam Edumadani mengajarkan anak-anak untuk berkolaborasi pada hal-hal positif dibanding memacu mereka untuk menjadi yang terbaik dari yang lain atau mencapai suatu target sebagai bukti yang diakui.  Hal tersebut dikarenakan kami menyadari pentingnya mematangkan pemahaman mereka bahwa tujuan belajar mereka bukan untuk validasi dan pengakuan orang lain. Pencapaian bukanlah selalu berupa juara, sertifikat, rangking, menjadi yang terhebat atau mencapai sebuah target hafalan. Terlebih lagi dalam thalabul ‘ilmi, puncak tertinggi dalam proses belajar anak adalah, ilmu yang mereka pelajari dan mereka hafal itu ada di hati mereka bukan di kertas sertifikat mereka dan pembuktian konkrit dengan diamalkannya ilmu tersebut dalam keseharian mereka.

Harapannya dengan selalu dilakukan hal ini, mereka akan terstimulus, dan selalu berambisi bahwa ilmu memang untuk diamalkan oleh mereka, bukan ajang berbangga di dunia, dan semangat keikhlasan menuntut ilmu ini bisa mereka bawa seumur hidup mereka menuntut ilmu nanti, bahkan ketika nanti mereka dewasa saat mengikuti sebuah kompetisi, mereka paham bahwa kompetisi bukan segalanya.